KLIK SALAH SATU iklan DIBAWAH INI DULU ^_^

br/>

Tampilkan postingan dengan label Jalur Mudik. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Jalur Mudik. Tampilkan semua postingan

Jabar Optimalkan Jalur Alternatif

Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat akan memaksimalkan penggunaan jalur alternatif demi mengurangi kepadatan lalu lintas di jalur utama selama arus mudik dan arus balik Lebaran.

”Tercatat 17 jalur alternatif yang bisa digunakan,” kata Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat Dicky Saromi, di Bandung, Senin (15/8).

Beberapa jalur alternatif cukup dikenal, seperti Cijapati ataupun Wado-Malangbong, tetapi ada pula yang tidak terlalu banyak digunakan, seperti Cikamurang-Jangga atau Jatibarang- Jatitujuh-Barang. ”Kondisinya tidak sebagus jalur utama, rambu-rambu ataupun penerangan jalan juga masih terbatas. Akan tetapi, kami akan antisipasi dengan pemasangan rambu- rambu penunjuk jalan,” tutur Dicky.

Dengan jalur alternatif yang tersebar dari timur ke barat wilayah Jabar, pemudik yang semula dialihkan dari jalur utara ke jalur tengah masih bisa kembali lagi ke jalur utara. Untuk itu, pemudik diimbau mengikuti anjuran kepolisian jika ada pengalihan jalur. Apabila tetap nekat, risikonya adalah terjebak antrean panjang kendaraan.

Sementara itu, pemudik yang tidak terlalu memiliki kepentingan mendesak di Kota Semarang, Jawa Tengah, diimbau menghindari masuk kota itu.

Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika Jawa Tengah Urip Sihabudin menawarkan jalur alternatif supaya pemudik tidak terkonsentrasi masuk Kota Semarang. Jalur alternatif yang siap itu meliputi Jrakah-Mijen-Ungaran, lalu Sampangan-Gunung Pati-Ungaran, dan Mranggen-Gubug-Kedungjati-Salatiga.

Waspadai Jalur Alternatif Salawu-Singaparna Minim Penerangan

Jalur alternatif Salawu-Singaparna dengan panjang sekitar 35 kilometer yang menghubungkan Kabupaten Garut dan Kabupaten Tasikmalaya masih minim lampu penerang. Hal ini berpotensi menyebabkan terjadi kecelakaan lalu lintas saat arus mudik Lebaran 2011.

Kepala Satuan Lantas Kepolisian Resor Tasikmalaya Ajun Komisaris Wadi Syabani di Tasikmalaya, Kamis (18/8/2011), mengatakan, minimnya penerang di jalan bisa berbahaya bagi pengemudi kendaraan bermotor. Apalagi daerah Salawu-Singaparna didominasi jalan dengan kontur naik turun dan penuh tikungan tajam.

"Oleh karena itu saya berharap agar dinas terkait bisa menambah penerangan. Saya kira jalur ini akan banyak digunakan karena merupakan pemecah kemacetan jalur utama selatan di Nagreg-Gentong," katanya.

Jalur Alternatif Mudik di Jawa Timur

Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional V (BP2JN) Jawa Timur memastikan pada H-10 Lebaran, Sabtu (20/8/2011), telah menyelesaikan semua pengerjaan jalan nasional, khususnya jalur pantai utara Surabaya-Solo. Pada ruas jalan yang pengerjaannya belum tuntas, semua peralatan berat dipinggirkan dan dilanjutkan pada H+10 Lebaran.

Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (B2PJN) V, Kementerian Pekerjaan Umum, AG Ismail DI Surabaya, Jumat (19/8/2011), mengatakan, pelaksana proyek telah mengupayakan untuk menyelesaikan pembangunan sejumlah ruas jalan nasional. Kendati demikian, jika belum juga selesai, pada saat mudik Lebaran sudah bisa digunakan.

Selama mudik Lebaran 1432 H, sejumlah ruas yang perlu diantisipasi, karena lebar jalan kurang dari tujuh meter antara lain sepanjang Pulau Madura dan Panggul Trenggalek. Pada wilayah tersebut sebagian besar ruas jalan nasional berkisar 5 sampai 6 meter, idealnya 7 meter untuk satu lajur.

Dari total panjang jalan nasional di Jawa Timur 2.027,005 kilometer, Jawa Tengah 1.390,571 kilometer dan DI Yogyakarta sepanjang 223,161 kilometer, saat ini semua ruas telah siap untuk melayani pemudik lebaran 2011.

Khusus di Jatim, kata Ismail, BP2JN V telah mendata sejumlah ruas jalan yang rawan macet, rawan longsor, dan rawan bencana sehingga perlu diantisipasi oleh pemudik.

Beberapa ruas jalan rawan macet seperti Pasar Ngopak dan di Nguling di jalur Pasuruan-Probolinggo. Di Nguling petugas telah menyiapkan jalur alternatif, yakni dari arah Probolinggo setelah gudang Bulog melintasi Desa Curah Menjangan belok kiri, Tanjungrejo, Wates Tani, Wot Galih, belok kanan ke Sedarum lalu menuju pantura.

Sementara jalur alternatif di Ngopak, Probolinggo dari arah Pasuruan sebelum pasar Ngopak ke kiri melintasi Nggeduk, Desa Trimo, belok kanan ke Rowo Gempol, ke kiri Waduk Kencono, Prokimal Grati, dan tembus ke Pantura.

Jalur alternatif

Untuk melayani pemudik yang melintasi Jalan Raya Porong, Sidoarjo, peme rintah telah menyiapkan jalur alternatif, yakni jalan arteri Porong untuk mengurangi volume lalu lintas pemudik di Jalan Raya Porong yang melewati daerah pasar. Jalur arteri Porong bisa digunakan.

Saat ini, jalur arteri Porong sedang dikebut jika Jalan Raya Porong terjadi kemacetan dan membutuhkan penguraian kendaraan. Pemudik juga diharapkan mengantisipasi sejumlah ruas jalan yang menjadi langganan kemacetan karena adanya pasar tumpah. Antara lain Pasar Babat ruas jalan Lamongan-Babat-Bojonegoro.

Lokasi lain adalah perempatan Duduk Sampeyan di ruas jalan Lamongan-Gresik, Pasar Ngopak Pasuruan-Probolinggo, Pasar Mojoagung ruas jalan Mojokerto-Mojoagung. Selanjutnya pertigaan Kertosono-Kediri ruas jalan Kertosono-Nganjuk-Jombang, Pasar Singosari ruas jalan Surabaya-Malang, Pasar Lawang ruas jalan Surabaya-Malang, dan Pasar Blega ruas Bangkalan-Sampang, Madura.

Jalur Alternatif Menuju Merak Masih Rusak

Jalur alternatif menuju Pelabuhan Merak, Kota Cilegon dari arah Serdang- Bojonegara-Pulo Ampel, Kabupaten Serang sepanjang 35 kilometer kondisinya masih rusak.

"Jalur alternatif terpaksa dipakai walaupun jalannya rusak. Penggunaan jalur ini akan dilakukan kalau antrean panjang dan terjadi kemacetan total didalam Tol Merak maupun dalam kota," kata Wakapolres Cilegon Kompol Moch Darwis di Cilegon, Sabtu (20/8/2011).

Pantauan dilapangan, kerusakan jalan beton menuju Pelabuhan Merak dari Serdang-Bojonegara- Pulo Ampel sudah terlihat sejak di depan SMP Negeri Bojonegara, ada yang retak dan berlubang dengan diamaeter lebih dari satu meter.

Di Kampung Kubang, Desa Argawana, jalan yang melintasi sebuah gorong terlihat berlubang sekitar 70 centimeter di tengah jalan.

Untuk mengantisipasi terjadinya kecelakaan, warga menutup jalan tersebut dengan selembar lempengan besi. Kerusakan tidak hanya dari arah Serdang-Bojonegara, tetapi juga terjadi di jalan Kecamatan Puloampel menuju Pelabuhan Merak.

Masih menurut Wakapolres, keterpakasaan pihaknya memakai jalur alternatif dengan kondisi jalan rusak dikarenakan untuk menghidari kemacetan lebih parah yang diprediksi akan mengalami peningkatan sebanyak 10 persen dari lebaran sebelumnya.

"Harapan kami jalur alternatif itu tidak jadi digunakan oleh pemudik, asalkan pemudik melakukan perubahan pola berangkatnya menuju Pelabuhan Merak," katanya.

Harapan tersebut diyakini oleh wakapolres, jikapola mudik yang dilakukan oleh masyarakat pada malam hari,diubah.

"Kami mengimbau kepada pemudik untuk merubah polanya, jangan dilakukan serentak pada malam hari, tetapi juga pemduik hendaknya melakukan pada pagi hari," ucapnya.

Namun yang pasti jika jalur alternatif, pihaknya telah bekerjasama dengan pemerintah Kabupaten Serang dengan menyiapkan mobil derek dan ambulan.

"Kalau perbaikan jalan untuk saat ini tidak mungkin, yang memungkinkan adalah kami mengupayakan pencegahan jika ada kendaraan mogok, dengan menyiapkan mobil derek, begitu juga jika ada pemudik yang sakit kami siapkan ambulan," jelasnya.

Waspadai Jalur Alternatif Magelang-Jakarta Kurang Penerangan

Tim Liputan Arus Mudik CyberNews mengatakan memasuki kawasan Ngadirejo yang juga merupakan jalur alternatif Magelang-Jakarta.

Dilaporkan, kondisi jalan di sepanjang jalur yang dilewati mulus, hanya sedikit dijumpai jalan yang berlubang. Sayangnya, tidak didapati penerangan jalan di sepanjang Jalan Raya Bejen. Rambu lalu lintas juga minim di jalur ini.


Saat ini lalu lintas terpantau tidak terlalu padat. Di sepanjang jalur yang dikelilingi tanaman kopi dan perbukitan ini cuaca panas menyengat. Banyak juga ditemui penjual oleh-oleh jambu biji di pinggir jalan.

Dilaporkan bahwa jalan alternatif Kabupaten Magelang-Boyolali-Solo, masih dalam keadaan rusak. Jalan tersebut banyak berlubang dan hingga kini belum ada tanda-tanda perbaikan.

Jalan alternatif tersebut berada di daerah Sawangan dan Ketep di Magelang, Selo dan Boyolali. Jalan yang rusak itu berada di ruas jalan Blabak-Sawangan sepanjang sekitar enam kilometer.

Ruas jalan rusak ini, biasanya digunakan pemudik yang hendak ke Boyolali atau Solo melalui Magelang.

"Masyarakat bakal merasa terganggu dengan kondisi jalan rusak dan berlubang ini. Apalagi kerusakan sebenarnya sudah sejak lama. Karena itu, pemerintah sebaiknya segera memperbaiki," kata seorang penguna jalan, Triyadi, warga Kecamatan Sawangan, Jumat (19/8/2011).

Selain sebagai jalan pemudik, jalan alternatif ini juga merupakan akses menuju objek wisata andalan Kabupaten Magelang, Ketep Pass.

Sehingga pada libur Lebaran nanti, jalan alternatif ini juga akan digunakan masyarakat yang hendak berwisata alam di lereng gunung Merapi-Merbabu ini.

Kepala Bina Marga Kabupaten Magelang, Subarkan mengatakan, Pemkab sudah melakukan upaya-upaya perbaikan dan perawatan rutin.

Hindari Kemacetan Simpang Jomin Purwakarta dengan Jalur Alternatif

Pertigaan simpang Jomin, Purwakarta, diprediksi kembali menjadi titik kemacetan diawal ruas jalan utama Pantai Utara Jawa (Pantura). Sebab, dipertigaan ini terjadi pertemuan arus pemudik dari arah gerbang tol Cikopo dan Bekasi (dari arah Jakarta).

Untuk ukuran pertigaan jalan nasional, pertigaan simpang Jonim tidak laik untuk melayani kendaraan besar semacam kontainer, truk besar dan bus reguler. Dengan luas jalan hanya 2.5 meter atau 5 meter untuk dua lajur, lalu dipotong dengan belokan 1.5 meter atau 3 meter untuk dua lajur, lalu dibarengi dengan ukuran kendaraan berlebar nyaris serupa dengan ukuran jalan, dapat dipastikan jalan itu penuh sesak.

Kondisi jalan kian sesak ditambah aktivitas warga setempat, utamanya para pengendaraan motor. Mereka biasa hilir mudik ditengah kepadatan arus. Sering kali, warga yang menggunakan sepeda motor menerobos jalan tanpa memperhatikan marka jalan. Akibatnya, tak jarang pengemudi sepeda motor yang mengalami kecelakaan.

Komandan Pos, Pertigaan Simpang Jomin, Aiptu Wintono, kepada republika, Sabtu, (20/8), mengatakan setiap tahun, terutama mudik, persimpangan ini selalu padat, bahkan butuh berjam-jam untuk melewati persimpangan ini. Namun, sewaktu hari besar lain seperti Natal dan Tahun Baru pertigaan ini tidak sepadat seperti waktu mudik. Sekalipun ada kepadatan, hanya sebatas iring-iringan sepeda motor atau ada rombongan organisasi tertentu.

Meski ramai, Wintono mengungkap angka kejahatan di persimpangan ini terbilang kecil. Pihaknya jarang mendapatkan laporan terkait penjambretan atau hipnotis.
Yang mengkhawatirkan, kata Wintono, justru tingginya angka kecelakaan, terutama bagi pengendara sepeda motor. Namun, ia tidak menyebutkan angka pasti kejadian kecelakaan di Persimpangan Jomin.

Untuk itu, Wintono mengingatkan kepada seluruh pengguna jalan agar berwaspada. Menurutnya, mematuhi marka jalan merupakan solusi efektif guna mencegah tingginya angka kecelakaan.

Sementara guna menghindari kemacetan, para pemudik disarankan untuk menuju jalur Sadang-Kalijati-Pantura. Sedangkan pemudik yang menggunakan sepeda motor melalui jalur alternatif, yakni perempatan Johar Karawang, Telagasari, Jatisari dan keluar di jalur Pantura.

Waspadai Jalur Alternatif Rawan Kejahatan

Kepolisian Resor Indramayu Jabar menetapkan tiga ruas jalan di jalur alternatif yang dinilai rawan kejahatan. Hal itu diungkapkan oleh Kepala Polres Indramayu Ajun Komisaris Besar Rudi Setiawan seusai mengikuti Gelar Pasukan Operasi Ketupat Lodaya 2011 di halaman kantor Pemerintah Kabupaten Indramayu, Senin (22/8/2011).

Ketiga jalur rawan begal itu adalah ruas jalan Jangga-Cikamurang yang menghubungkan Jalur Pantura Indramayu dengan Jalur Tengah (Subang-Bantarwaru-Cikamurang-Cijelag-Kabupaten Sumedang).

Kemudian, ruas Karangampel-Jatibarang dan Karangampel-Krangkeng, keduanya menghubungkan lalu lintas kendaraan dari Indramayu menuju Cirebon atau sebaliknya.

Kata Rudi, meskipun ketiga ruas jalan alternatif itu dinilai rawan kamtibmas, pihak kepolisian berupaya menekan angka kriminalitas dengan menerjunkan satu Satuan Setingkat Peleton (SST) Brimob. "Kita tempatkan satu SST Brimob untuk ruas tiga jalan alternatif yang rawan kamtibmas itu. Karena kita tahu Brimob itu memang memiliki kemampuan, terutama para penembak jitu," ujarnya.

Kepala Polres mengemukakan, jenis kejahatan yang sering dilakukan berdasarkan hasil evaluasi Operasi Ketupat Lodaya 2010 adalah aksi pembegalan dengan sasaran para pengendara sepeda motor.

Jalur Mudik Alternatif Hindari Kemacetan

Untuk menghindari kemacetan di jalur selatan, para pemudik yang melakukan perjalanan Jakarta-Yogyakarta atau sebaliknya, dapat memilih jalur alternatif Ketawang.

Jalur yang berada di perbatasan Kecamatan Purworejo dan Kecamatan Kebumen ini dapat ditempuh melalui perempatan Kutoarjo jika dari arah timur dan dari Jalan Dandeles, Petanahan. Kebumen dari arah barat.

Meski badan jalan cukup sempit, namun para pengendara disuguhi panorama cukup indah, terutama ketika melintasi beberapa jembatan di atas sungai Rawa yang bermuara di pantai selatan.

Sayangnya, kawasan yang kurang penerangan dan jauh dari pemukiman warga ini termasuk jalur rawan kecelakaan dan kriminalitas. Sehingga, para pemudik disarankan untuk tidak melakukan perjalanan seorang diri, jika melintasi kawasan ini. Selain itu, diharapkan juga untuk tetap waspada.

Sementara itu hingga sore ini, Rabu (24/8), kawasan ini sudah mulai diwarnai kendaraan pemudik asal Jakarta, baik roda dua maupun roda empat dan beberapa bus pariwisata. Meski begitu, arus lalu lintas di sini masih terpantau lengang. Di beberapa titik kawasan ini juga telah disediakan pos pengamanan jalur mudik yang siap untuk memberikan informasi.

Jalur Mudik Alternatif Tegal Diberlakukan

Hanya kurang dari 15 menit sebelum Operasi Ketupat Candi 2011 dimulai pukul 00.00, Selasa (23/8), satu jalur alternatif di Kota Tegal langsung diberlakukan. Tepatnya mulai perempatan Pos Pam Maya.

Pemberlakuan jalur alternatif itu, mengingat arus atau volume kendaraan dari arah barat ke timur atau dari Jl Kolonel Sugiyono menuju Jl Mayjen Sutoyo, Jl Gajah Mada, Jl MT Haryono, Jl Yos Sudarso dan Jl Martoloyo, sangat padat.

Selain itu, kendaraan dari arah barat, tak semuanya menuju ke timur. Banyak pula kendaraan dari perempatan Pos Pam Maya, yang berbelok ke kanan atau arah selatan menuju Jl Kapten Sudibyo. "Agar tidak terjadi krodit atau kemacetan arus kendaraan, semua kendaraan dari arah barat menuju timur, mulai perempatan Pos Pam Maya, kami alihkan menuju ke jalur alternatif di Jl Dr Sutomo. Atau dari perempatan itu, berbelok ke kiri atau arah ke utara", terang Kapolres Tegal Kota AKBP Haryadi Mukhtas SIK MSi.

Keterangan lengkap arah jalur alternatif yang diberlakukan dari Perempatan Pos Maya, khususnya ke arah Semarang, dari barat belok ke kiri arah utara masuk Jl Dr Sutomo hingga masuk ke pertigaan Jl Gajah Mada. Jika akan ke Semarang, maka dari Jl Dr Sutomo di pertigaan itu belok ke kiri menuju arah utara.

Arah Selatan

Sebaliknya bila belok ke kanan ke arah selatan. Kendaraan itu dari Jl Gajah Mada setelah menuju selatan sampai pertigaan Hotel Pramesthi di Jl Mayjend Sutoyo terus menuju ke arah barat hingga kembali ke perempatan Pos Maya. Selanjutnya belok ke selatan masuk Jl Kapten Sudibyo menuju arah ke Slawi-Purwokerto.

Sejauh pemantauan, hingga H-7 kendaraan dari arah barat menuju timur di jalur pantura, kendaraan barang seperti truk dan mobil boks masih banyak terlihat. Untuk kendaraan penumpang umum seperti bus, juga mobil pribadi dan sepeda motor, jumlahnya terus mengalami peningkatan.

Beragamnya jenis kendaraan yang melintas di jalur padat kendaraan itu, membuat personel gabungan yang dilibatkan dalam operasi tahunan itu bekerja ekstrahati-hati.

Terutama menyangkut keberadaan kendaraan pengangkut barang. Pemerhati transportasi dan hukum, Eddhie Praptono SH MH, saat melaju kencang di jalur pantura, kendaraan barang susah untuk mengerem secara mendadak. Padahal di jalan tersebut berbaur aneka jenis kendaraan. Mulai sepeda motor hingga mobil pribadi.

"Jika tak hati-hati pemudik yang mengendarai sepeda motor atau mobil pribadi bisa kesenggol atau diseruduk. Karena itu saya mengimbau sopir angkutan barang lebih hati-hati dan tidak mengebut bila arus lalu-lintas sangat ramai," terang dia, yang juga pengajar Hukum dan Pengangkutan Barang Fakultas Hukum UPS Tegal.

Kenali Jalur Mudik Alternatif Rawan Longsor

Pemudik yang akan melalui jalur alternatif diminta waspada terhadap ancaman longsor. Jalur alternatif yang perlu diwaspadai itu adalah Cijapati dan Cijelag-Cikamurang, serta Tegalbuleud yang karakteristik jalannya bergelombang.

“Jalur alternatif tersebut memiliki karakteristik yang cukup berbahaya bagi pemudik. Karena itu perlu berhati-hati. Contohnya jalur Cijapati yang jalannya kecil berkelok-kelok disertai tanjakan curam,” kata Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Barat M Guntoro kepada wartawan di Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Sabtu (20/8/2011).

Guntoro menuturkan, jalur alternatif Cijelag-Cikamurang berbahaya karena karakter jalannya bergelombang karena terbangun dari dasar tanah lempung yang labil. Ditambah dinding bukit di sebelah kiri kanan jalan yang rawan longsor terkena air hujan.

“Kami setiap hari terus melakukan perbaikan di jalur-jalur alternatif itu. Memang dibeberapa titik masih tetap bergelombang karena kondisi tanahnya labil. Saya sudah instruksikan para pegawai agar tetap siaga memperbaiki jalan sehingga tidak mengganggu mudik dan balik nanti,” jelasnya.

Dia menambahkan, Dinas Bina Marga Provinsi Jabar juga menyiagakan alat berat yang tersebar di 6 Balai, termasuk kantor sub pelayanan. Bahkan 600 personel selalu siaga mengantisipasi gangguan yang diakibatkan longsor.

“Kita kan ada yang piket. Satu balai disiagakan 100 orang. Itu pun belum termasuk PHL (pegawai harian lepas) dari warga sekitar. Kita pun menyiapkan alatnya, seperti loader, grader, crane truck, beckhoe, dan dump truck," ujarnya.

Jalur Mudik Alternatif wilayah Bogor

Jalur mudik alternatif Lebaran tahun 2011 di wilayah Bogor dipastikan sudah siap dilalui para pemudik pada H-7. Kerusakan di sejumlah ruas jalan baik jalur utama maupun alternatif sudah selesai diperbaiki.

"Secara fisik jalan siap digunakan. Perbaikan sudah selesai kami kerjakan," ujar Kepala Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Bogor Helmi Gustian ditemui di Markas Kepolisian Resor Bogor usai acara pemusnahan barang bukti hasil Operasi Pekat Lodaya, Senin 22 Agustus 2011.

Disebutkan Helmi, pihaknya hanya menyiapkan jalan tingkat kabupaten untuk jalur alternatif mudik jika di jalan utama terjadi gangguan kelancaran arus lalu lintas. Sedangkan lintasan utama mudik merupakan jalan nasional dan provinsi.

"Jalan alternatif mudik tersebar di jalur selatan, seperti Jalan Cihideung-Cigombong dan Jalan Caringin-Cijeruk. Sekarang sudah siap dilalui untuk mudik," kata Helmi.

Sedangkan untuk timur, lanjut Helmi, merupakan jalur mudik menuju Cianjur-Bandung melalui Jalan Jonggol. Sedangkan jalur mudik utama arah Cianjur melewati Puncak. Jika jalan utama macet, juga disiapkan banyak rute jalan alternatif, di antaranya Jalan Bendungan, Ciawi, dan Jalan Pasir Muncang, Gadog, dan Megamendung.

"Ada 30 jalur alternatif mudik di wilayah Bogor yang kami siapkan. Diharapkan kesiapan jalur alternatif ini bisa memberikan rasa nyaman bagi pemudik," ujar Helmi.

Sementara itu Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Bogor Soebiantoro mengemukakan untuk mudik tahun ini telah disiapkan sebanyak 273 pos penjagaan yang tersebar di 40 kecamatan di Kabupaten Bogor.

Personel yang bertugas merupakan gabungan dari Dinas Perhubungan, anggota RAFI Bogor, pramuka, kepolisian, polisi pamong praja, PMI, dan lainnya. Selain bertugas mengatur kelancaran arus lalu lintas, mereka juga memberi pelayanan kesehatan dan informasi. "Tanggal 24 nanti dilakukan pengecekan akhir ke pos penjagaan untuk melihat kesiapan personel di lapangan," ujar Soebiantoro.

Kepala Kepolisian Resor Bogor Ajun Komisaris Besar Herry Santoso menyatakan untuk penanganan arus mudik dan arus balik Lebaran pihaknya menurunkan 1.925 personel Polri. Mereka disebar di setiap pos pengamanan dan penjagaan. "Kami juga menerjunkan satu kompi sniper dari Brimob Kedung Halang dan disebar di enam jalur utama mudik di wilayah Bogor," ujar Herry.

Jalur Mudik Alternatif Di Jawa Barat

Kenali 17 Jalur Alternatif di Jabar. Para pemudik yang akan melintasi Jawa Barat barangkali bisa mempertimbangkan untuk menggunakan jalur alternatif di samping tiga jalur utama yang sering dipakai. Meski tidak lebar dan lebih jauh, jalur alternatif terbukti menjadi penyelamat dari kemacetan panjang selama arus mudik Lebaran.

Menurut Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat Dicky Saromi, Senin (15/8/2011), di Jabar terdapat 17 jalur alternatif yang menghubungkan jalur utara ke jalur tengah serta jalur selatan ke jalur tengah. Ada pula jalur utara ke selatan.

Dengan demikian, banyak pilihan yang bisa diambil untuk mengantisipasi kemacetan akibat penumpukan kendaraan maupun persimpangan jalan. Ke-17 jalur alternatif itu adalah:

1. Jatibarang-Jatitujuh-Kadipaten,

2. Cikamurang-Jangga,

3. Pamanukan-Subang-Lembang-Bandung,

4. Purwakarta-Wanayasa-Jl Cagak-Sumedang,

5. Ciamis-Cikijing-Kuningan-Cilimus-Cirebon,

6. Kuningan-Cidahu-Ciledug-Losari,

7. Sumedang-Wado-Bantarujeg-Talaga,

8. Kadipaten-Majalengka-Cikijing-Kuningan,

9. Kadipaten-Rajagaluh-Sumber-Cirebon,

10. Cibubur-Cileungsi-Jonggol-Cibeet-Selajambe-Cianjur,

11. Bandung-Majalaya-Cijapati-Kadungora-Garut,

12. Malangbong-Wado,

13. Sasakbeusi-Cibatu-Leles,

14. Garut-Singaparna-Tasikmalaya,

15. Tasikmalaya,-Manonjaya-Banjar,

16. Lohbener-Indramayu-Karangampel-Cirebon,

17. Ciawi-Sukabumi-Cianjur.

Dicky menambahkan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Polda Jawa Barat untuk memanfaatkan jalur alternatif ini guna mengurai kemacetan di jalur utama.

Dishub juga akan menyebar leaflet mengenai peta jalur mudik ini kepada pengguna jalan. "Sudah disiapkan sekitar 5.000 lembar. "Harapan saya untuk para pengguna jalan, mohon ikuti arahan dari petugas jalan raya bila dialihkan ke jalur alternatif. Itu semata-mata demi kebaikan bersama agar tidak memperparah kemacetan," ujar Dicky.

Jalur Mudik Alternatif Pemkab Malang


Pemerintah kabupaten (Pemkab) Malang, Jawa Timur, menyiapkan tujuh titik jalur alternatif untuk arus mudik dan arus balik Lebaran.

Kabid Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kabupaten Malang Untung Sudarto, Kamis, mengatakan, ketujuh jalur alternatif tersebut untuk arah Lawang-Singosari dan Kepanjen-Malang.

"Jalur-jalur macet saat arus mudik dan balik Lebaran memang ada di kawasan tersebut, sehingga kami siapkan tujuh jalur alternatif untuk memperlancar arus lalu lintas," katanya menambahkan.

Ia menjelaskan, untuk jalur alternatif di kawasan Lawang-Singosari ada empat titik, yakni Sumberwaras-Sumberwuni-Bedali sepanjang 3 km dengan jarak tempuh 15 menit. Jalur kedua adalah Patal-Pasar Lawang sepanjang 4 km dengan jarak tempuh 15 menit.

Selain itu adalah jalur Rogonoto-PJR sepanjang 2,5 km dengan jarak tempuh 10 menit serta Tumapel-Kertanegara sepanjang 1,5 km dengan jarak tempuh 5 menit.

Sedangkan untuk jalur Kepanjen-Malang ada tiga titik jalur alternatif, yakni Ngadilangkung-Jalibar-Talangagung sepanjang 5 km, jalur Bagong-Dilem-Sukun sepanjang 2,3 km serta Pakisaji-Kendalpayak-Ketapang-Kepanjen sepanjang 12 km.

Teknis Pemilihan Jalur Alternatif
Dijelaskan oleh Untung Sudarto, Kepala Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika

Pemudik yang melewati wilayah Lawang-Singosari arah ke Kota Malang dan sebaliknya bisa memanfaatkan rute Sumberwaras-Sumberwuni-Bedali sejauh 3 kilometer. Kemudian rute Patal-Pasar Lawang sejauh 4 kilometer, rute Rogonoto-Pos PJR (Patroli Jalan Raya) sejauh 2,5 kilometer dengan waktu tempuh 10 menit, serta rute Tumapel-Kertanegara sejauh 1,5 kilometer dengan waktu tempuh 5 menit.

Untung mengatakan kepadatan dan kemacetan di masa arus mudik dan arus balik Lebaran memang paling terlihat di wilayah Lawang-Singosari. “Jadi, sebaiknya pengguna jalan memanfaatkan jalur-jalur alternatif di sana,” katanya, Kamis, 18 Agustus 2011.

Sedangkan pengguna jalan yang melintas di wilayah Kepanjen-Malang dapat memanfaatkan rute Ngadilangkung-Jalan Lintas Barat-Talangagung sejauh 5 kilometer. Juga rute Bagong-Dilem-Sukun sepanjang 2,3 kilometer dan rute Pakisasi-Kendalpayak-Ketapang-Kepanjang sejauh 12 kilometer.

Kepadatan di jalur Lawang-Singosari dan Kepanjen-Malang diperkirakan meningkat seiring bertambahnya jumlah angkutan Lebaran. Untung memperkirakan jumlah kendaraan naik 10 persen dibanding tahun lalu.

Untuk mendukung kelancaran arus lalu lintas, dibangun 11 pos pantau di Lawang, Singosari, Karangploso, Kepanjen, Pakisaji, dan Bululawang.

Selain menyiapkan jalur alternatif dan pos pantau, pemerintah daerah setempat juga menyiagakan alat berat dan tempat peristirahatan. Tiga alat berat plus mobil derek disiagakan di daerah rawan longsor dan pohon tumbang, seperti di wilayah barat Kabupaten Malang yang mencakup Kecamatan Pujon, Ngantang, dan Kasembon, yang menghubungkan Malang dengan Kabupaten Kediri dan Kabupaten Jombang.

Jalur Mudik Alternatif Bila Pantura Macet

Jalur Mudik Pantura membentang sepanjang 1.316 km antara Merak hingga Ketapang, Banyuwangi di sepanjang pesisir utara Pulau Jawa, khususnya antara Jakarta dan Surabaya. Jalur ini sebagian besar pertama kali dibuat oleh Daendels yang membangun Jalan Raya Pos (De Grote Postweg) dari Anyer ke Panarukan pada tahun 1808-an. Tujuan pembangunan Jalan Raya Pos adalah untuk mempertahankan pulau Jawa dari serbuan Inggris. Pada era perang Napoleon, Belanda ditaklukkan oleh Perancis dan dalam keadaan perang dengan Inggris.

Jalur Pantura menjadi perhatian utama saat menjelang Lebaran, di mana arus mudik melimpah dari barat ke timur. Arus paling padat tedapat di ruas Jakarta-Cikampek-Cirebon-Tegal-Semarang. Di Cikampek, terdapat percabangan menuju ke Bandung (dan kota-kota di Jawa Barat bagian selatan). Di Tegal, terdapat percabangan menuju ke Purwokerto (dan kota-kota di Jawa Tengah bagian selatan). Di Semarang, terdapat percabangan menuju ke timur (Surabaya-Banyuwangi) dan menuju ke selatan (Solo-Madiun).

Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya penumpukan kendaraan saat mudik. Selain, waktu perjalanan yang bersamaan, (diperkirakan untuk tahun ini puncak arus mudik akan terjadi pada tanggal 27 dan 28 Agustus atau H-3 dan H-2), jumlah kendaraan pemudik juga bertambah, dan terakhir disiplin pengemudi yang masih jauh dari harapan.

Pemudik menuju arah Jawa Barat, Jawa Tengah maupun Jawa Timur, pertama akan menemui titik kemacetan di ruas tol Cikampek, hingga gerbang tol Cikopo, simpang Jomin. Titik inilah sebagai pembukaan pertama bagi para pemudik baik yang ingin menuju Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Kasat Lantas Polres Purwakarta AKP Herbas Sudewo Dharmawan menjelaskan, titik kemacetan krusial ada di gerbang tol Cikopo–Pertigaan Cikopo–Mutiara karena penyempitan jalan. Dari semula delapan lajur di pintu keluar tol, kemudian ke kiri menuju Mutiara menjadi hanya dua lajur.

Sementara bagi yang melewati jalur selatan, titik kemacetan terdapat di pintu keluar tol Cileunyi, Rancaekek hingga jalur Nagreg.

Sebagai perbandingan, jalur utara memiliki jarak 214 km. Mulai dari Cikampek, Kanci Cirebon lanjut ke Pamanukan, Jatibarang, Palimanan, sampei ke tol Palikanci memiliki waktu tempuh 4 jam dan 14 menit. Sementara jalur tengah mulai dari Cikampek, Sadang, Cikamurang, Kadipaten, Palimanan dengan jarak 224 km punya waktu tempuh 4 jam 29 menit.

Sementara itu jalur selatan dari Cikampek, Padalarang, Cileunyi, Sumedang, Kadipaten, dan Palimanan yang berjarak 256 km dapat ditempuh 4 jam, 48 menit. Disarankan untuk pemudik melewati jalur tengah dan selatan, karena relatif lebih lancar karena tidak terganggu pasar tumpah dan lainnya.

Bila Pertigaan Cikopo–Mutiara terjadi kemacetan parah dan sulit menuju Pantura, arus lalu lintasdibuang jalur tengah, kendaraan diarahan ke kanan setelah keluar dari gerbang tol Cikopo.

Arus kendaraan diarahkan menuju Sadang, ke arah Subang. Apabila perempatan Sadang juga mengalami kemandekan, pemudik dibagi arusnya di KM 66 keluar di gerbang tol Jatiluhur. (berbagai sumber)

Kenali Titik-Titik Rawan Jalur Mudik Pulau Jawa 2011

Gelombang pemudik makin deras mengalir di jalur pantai utara Jawa (Pantura), tujuh hari menjelang hari raya Idul Fitri, atau Selasa (23/8/2011). Mereka berbondong-bondong melintas dari barat menuju timur sepanjang jalan utama yang dibuat oleh Gubjen Hindia Belanda Daendels di masa penjajahan itu.

Para pengendara sepeda motor, lengkap dengan ‘atribut’ khas pemudik, terlihat melintas di ruas pantura Simpang Jomin di Kecamatan Kotabaru, Kabupaten Karawang. Para motorider umumnya membawa tas besar di bagian depan atau di pundak pembonceng, serta bungkusan tambahan yang diletakkan di atas kayu penopang di jok belakang. Mereka juga terlihat berhenti di warung-warung istirahat yang mulai didirikan warga di kanan kiri jalan raya atau stasiun-stasiun pengisian bahan bakar umum, seperti tampak di ruas Jatisari-Patokbeusi, Kabupaten Subang.



Mobil-mobil pribadi dengan barang bawaan di atas kap juga mulai banyak melintas di Pantura. Selain kendaraan pribadi, lalu lintas pantura pada Selasa lalu juga diramaikan oleh bus-bus antarkota antarprovinsi dari Jakarta tujuan Cirebon, Tegal, Slawi, Pekalongan, Semarang, Jepara, dan kota lain di Jawa Timur.



Diperkirakan puncak arus mudik akan terjadi pada H-4 dan H-3, yakni hari Jumat-Sabtu-Minggu. Jalur terpadat setiap kali mudik lebaran berlangsung adalah di Pantura. Jalan utama di Pulau Jawa itu bakal disesaki jutaan mobil dan motor, yang berangkat dari kota-kota besar seperti Jakarta, Semarang dan Surabaya.

Namun, para pemudik yang melintasi jalur Pantura perlu waspada. Sebab, di sepanjang jalur ramai itu ada titik-titik rawan kecelakaan dan rawan kemacetan. Tak hanya di Pantura, di jalur lain pun (tengah dan selatan) pemudik haus hati-hati. Berikut titik-titik rawan berdasarkan informasi dari beberapa Polres dan Polda

Titik-Titik Rawan Jalur Mudik Pulau Jawa 2011


Jawa Barat

Dari data Operasi Ketupat tahun ini, polisi memetakan sedikitnya terdapat 15 lokasi rawan kecelakaan lalu lintas di jalur pantai utara, 12 lokasi rawan di jalur tengah dan 85 titik rawan kecelakaan di jalur selatan, baca selengkapnya.

Jawa Tengah

Sedikitnya ada tujuh titik di jalur pantai utara (Pantura) Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, yang rawan kemacetan. Ketujuh titik tersebu di antaranya Jalan Tol Kanci-Pejagan, pertigaan eksit Tol Kanci-Pejagan di Pejagan, Kecamatan Tanjung, perbatasan Jawa Tengah-Jawa Barat di Cisangarung, Kecamatan Losari, Dermoleng di Kecamatan Ketanggungan, Alun-alun Kota Brebes, Pasar Bulakamba dan Pasar Bumiayu, baca selengkapnya.


Jawa Timur

Dinas Perhubungan dan Lalu Lintas Angkutan Jalan (Dishub LLAJ) Jawa Timur mencatat 48 titik rawan kecelakaan, jalan bergelombang, pohon tumbang, dan jalan licin serta berlubang yang harus diwaspadai pemudik. “Sebagian sudah diperbaiki, dan yang belum diperbaiki dipasang rambu-rambu agar pengguna jalan hati hati, baca selengkapnya.

Kenali Titik-Titik Rawan Jalur Mudik Jawa Timur

Beberapa kawasan rawan kriminalitas di tiga jalur mudik Jawa Timur yang perlu diantisipasi menurut Hadiatmoko antara lain, di Jalan Raya Desa Beji Kecamatan Jenu Tuban, Jalan Raya Desa Bingur Kecamatan Paiton Probolinggo, Desa Sumbergenuk Kecamatan Babat Lamongan, Jalan Raya Baluran - Asembagus Situbondo, dan Tol Dupak, Perak Timur Surabaya.

Operasi Ketupat Semeru 2011 dalam rangkan mengamankan Hari Raya Idul Fitri 1432 H digelar selama 16 hari sejak hari ini hingga H+8 pasca lebaran. Polda Jawa Timur dalam operasi ini menyiagakan 16.772 personil gabungan Polda dan masing-masing Polres.




Titik-Titik Rawan Jalur Mudik Jawa Timur

Dinas Perhubungan dan Lalu Lintas Angkutan Jalan (Dishub LLAJ) Jawa Timur mencatat 48 titik rawan kecelakaan, jalan bergelombang, pohon tumbang, dan jalan licin serta berlubang yang harus diwaspadai pemudik. “Sebagian sudah diperbaiki, dan yang belum diperbaiki dipasang rambu-rambu agar pengguna jalan hati hati,” kata Wahid Wahyudi, Kepala Dishub dan LLAJ Provinsi Jawa Timur.

Menurut Wahid, ke-48 titik itu terbagi dalam delapan ruas jalan utama. Di antaranya, jalur Surabaya-Lamongan hingga Tuban yang memiliki 10 titik rawan kecelakaan, yaitu Jalan Kalianak hingga Margorejo, kawasan deket Lamongan kilometer 36-43, Sukodadi kilometer 45-48, Turi kilometer 48-51 Pujung kilometer 65-69, Brondong kilometer 75-76, Widang kilometer 80-130, Jenuh kilometer 115-140, Talang Tuban kilometer 10-11, serta Duduk Sampean Gresik.

Ruas lainya adalah Kertosono-Kediri-Tulungagung yang memiliki titik rawan kecelakaan, di antaranya Bendo-Gurah dan Badas, sepanjang Mekikis hingga Gamping Rejo, juga Braan Bandar Kedungmulyo, dan terakhir Pojok Ngantru.

Ruas terakhir jalur tengkorak adalah kawasan Surabaya-Bangkalan hingga Sumenep yang meliputi Jalan Raya Galis, Camplong; Jungkaran hingga Nyeburan, Tlanakan Kilometer 101-103, serta Desa Giring Manding Kamal.

Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Timur menurunkan 16.700 personelnya untuk mengamankan mudik Lebaran 2011 di wilayah setempat. Mereka termasuk 60 penembak jitu yang akan ditempatkan di sejumlah titik rawan kriminalitas di sepanjang jalur mudik.

Kapolda Jatim, Irjen Pol Hadiatmoko mengungkapkan pihaknya menggelar Operasi Ketupat Semeru untuk pengamanan mudik selama 16 hari. Operasi itu dimulai dari 23 Agustus hingga 7 September.

"Kita antisipasi terhadap kemungkinan rawan kecelakaan, kriminalitas, dan terorisme. Itu yang perlu ditekankan agar masyarakat diamankan secara maksimal," ujarnya seusai gelar pasukan Operasi Ketupat, Senin (22/8).

Kejahatan yang perlu diantisipasi pemudik, lanjutnya, berupa perampokan. Biasanya, perampok beraksi di pinggir jalan. "Dikira pemudik bawa duit, perampok itu juga mungkin menyederai pengguna jalan," ujarnya.

Untuk memberikan pengamanan ekstra, 60 penembak jitu disiapkan di jalur mudik yakni jalur utara, tengah, dan selatan. Setiap jalur tersebut, ditempatkan 20 penembak jitu. Selain itu, Polda Jatim mendirikan rest area berupa Masjid Bintang yang menyediakan berbagai fasilitas untuk pemudik seperti makanan dan toilet.

Sementara itu, Kepala Humas Polda Jatim, Kombes Pol Rachmat Mulyana mengungkapkan personel polisi akan ditempatkan di 245 pos pengamanan. Hal ini untuk mengatasi kemacetan di sejumlah titik.

Polda Jatim memprediksi kemacetan akan terjadi di 25 titik di jalur mudik. Titik tersebut antara lain Babat, Paciran, Porong, Pasar Krian, Ngajuk, Mojoangung, dan Alun-alun Bangil.
Sementara titik rawan kecelakaan ada 30 titik, diantaranya Jalan Tuban Pidam, jalur Ngawi-Mantingan, jembatan Jengkrik, jalan raya Papar dan Ngebrak wilayah Kediri, jl raya kesamben dan jl raya Talun Blitar, jl raya Lumajang Ranuloso, Jember di Desa Curah Bambang Tanggul, dan Banyuwangi di jl Desa Bajol Mati.

Selain itu, sejumlah titik rawan kriminalitas perlu diwaspadai masyarakat. Titik rawan kriminalitas tersebut diantara berada di jl raya desa beji kec jenu (Tuban), Pangkalan Mantingan (Ngawi), jl Pandaan Gempol Beji (Pasuruan), jl raya Desa Karang Paranti (Probolinggo), jl raya Desa Bingur kec paiton (Probolinggo), jl raya Baluran Asem Bagus (Situbondo), dan Desa Sumber Genuk Kecamatan Babat (Lamongan). Sementara di Surabaya, titik rawan kriminalitas berada di jalan tol Dupak, Perak Timur, demak, tol Darmo, dan Kenjeran.

Sasaran operasi Ketupat Semeru, lanjut Rachmat, merupakan tempat peribadatan, pusat perbelanjaan pemukiman yg ditinggalkan penghuni, jalan lokasi takbir keliling, jalur utama mudik, gudang barang pokok dan obyek vital dan obyek khusus. Sementara Polda Jatim akan memperketat pengamanan di sejumlah kegiatan masyarakat seperti ibadah, rekreasi, mudik, dan belanja.

Pengamanan di jalur mudik akan diperketat mengingat tingginya jumlah kendaraan. Diperkirakan ada peningkatan 12 persen kendaraan pemudik yakni mencapai lima juta unit. Jumlah itu tidak diimbangi dengan kapasitas jalan dan sejumlah kegiatan yang memicu kemacetan seperti pasar tumpah dan ketidakdisiplinan pengguna jalan.

Dari jumlah kendaraan pemudik itu, sepeda motor diperkirakan mencapai 3,6 juta unit. Hal ini perlu diwaspadai dengan pengamanan ketat lantaran 76 persen kecelakaan pada Operasi Ketupat 2010 terjadi pada sepeda motor. "Kita akan kawal pemudik yang memakai sepeda motor dalam rombongan," ujar Rachmat.

Kenali Titik-Titik Rawan Jalur Mudik Jawa Tengah

Untuk mengatasi kepadatan arus mudik tujuan Jawa Tengah, PT Jasa Marga akan membangun tiga jalur alternatif menjadi jalur utama yaitu jalur utara, jalur tengah dan jalur selatan. Sehingga bagi para pemudik yang menuju arah Cirebon dari Tol Jakarta-Cikampek bisa melewati tiga jalur tersebut.

Dari tiga jalur itu, jalur utara adalah yang paling diminati oleh pemudik tujuan Cirebon dari Cikampek lewat Pamanukan-Jatibarang-Palimanan-Cirebon dengan jarak mencapai 217 kilometer.

Untuk jalur tengah melalui Tol Cipularang keluar dari gerbang tol Sadang, Subang-Cikamurang-Kadipaten-Palimanan-Cirebon dengan jarak 227 Km. Dan jalur selatan yaitu dari Cipularang keluar di Cileunyi-Sumedang-Kadipaten-Palimanan-Cirebon dengan jarak 251 Km.

Sementara itu untuk mengatasi puncak arus mudik tahun ini, PT Jasa Marga memberikan beberapa akses informasi seperti spanduk atau peta resmi dari Dirjen Perhubungan Darat serta radio untuk informasi kondisi lalu lintas. Bahkan dilengkapi juga dengan monitor yang terhubung ke 169 kamera Closed Circuit Television (CCTV) di seluruh ruas tol yang ada di Jabodetabek, Bandung, Cirebon, Semarang, Surabaya hingga Medan.


Titik-Titik Rawan Jalur Mudik Jawa Tengah

Sedikitnya ada tujuh titik di jalur pantai utara (Pantura) Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, yang rawan kemacetan. Ketujuh titik tersebu di antaranya Jalan Tol Kanci-Pejagan, pertigaan eksit Tol Kanci-Pejagan di Pejagan, Kecamatan Tanjung, perbatasan Jawa Tengah-Jawa Barat di Cisangarung, Kecamatan Losari, Dermoleng di Kecamatan Ketanggungan, Alun-alun Kota Brebes, Pasar Bulakamba dan Pasar Bumiayu.

Menurut Kasatlantas Polres Brebes, AKP Matrius Sik, kendaraan yang akan melintas di jalur Pantura Brebes akan didominasi oleh kendaraan sepeda motor dan mobil pribadi. Selain itu, kendaraan lain seperti bus juga diperkirakan jumlahnya akan meningkat dibandingkan tahun sebelumnya.

Selain di Brebes, menurut Kapolda Jawa Tengah, Irjen Pol Didiek Sutomo Triwidodo beberapa titik rawan kemacetan dan kejahatan di Pantura Jawa Tengah antara lain di Kaliwungu, Cepiring dan Weleri. Bila malam hari, jalan lingkar Weleri dan Kaliwungu rawan kejahatan. Pasalnya, dua jalur itu jauh dari pemukiman. Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, Polres Kendal menempatkan sniper alias penembak jitu untuk menghalau kejahatan. Petugas polisi juga disiagakan untuk mengatur lalu lintas di jalur tersebut.

Diperkirakan puncak arus mudik akan terjadi pada H-4 dan H-3, yakni hari Jumat-Sabtu-Minggu. Jalur terpadat setiap kali mudik lebaran berlangsung adalah di Pantura. Jalan utama di Pulau Jawa itu bakal disesaki jutaan mobil dan motor, yang berangkat dari kota-kota besar seperti Jakarta, Semarang dan Surabaya.

Namun, para pemudik yang melintasi jalur Pantura perlu waspada. Sebab, di sepanjang jalur ramai itu ada titik-titik rawan kecelakaan dan rawan kemacetan. Tak hanya di Pantura, di jalur lain pun (tengah dan selatan) pemudik haus hati-hati. Berikut titik-titik rawan berdasarkan informasi dari beberapa Polres dan Polda

Kenali Titik-Titik Rawan Jalur Mudik Jawa Barat

Wilayah Jawa Barat masuk dalam prioritas Operasi Ketupat 2011 secara nasional. Pasalnya, Jabar termasuk daerah yang memiliki volume kendaraan pemudik tertinggi dan rentan aksi kriminalitas. Berdasarkan karakteristik kerawanan daerah dan intensitas kegiatan masyarakat, maka pelaksanaan Operasi Ketupat telah ditetapkan 10 Polda yang menjadi prioritas. Ke-10 polda itu adalah Metro Jaya, Jateng,Jatim, Bali, Sumsel, Sulsel, DIY, Lampung, Banten, dan Jabar.

Gubernur Jawa Barat menyebutkan, penetapan daerah prioritas merupakan hasil
penilaian Polri. Beberapa indikator yang menjadi pertimbangan, di antaranya peningkatan volume kendaraan yang tidak seimbang dengan kapasitas jalan, adanya penyempintan jalan, aktivitas pasar tumpah, dan kurang disiplinnya para pengguna jalan.



Titik-Titik Rawan Jalur Mudik Jawa Barat

Secara total, Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Barat memetakan sekitar 112 titik rawan kecelakaan lalu-lintas di sepanjang jalur mudik di utara, tengah, dan selatan Jawa Barat. “Dari tiga jalur, terutama jalur selatan yang paling banyak titik rawan kecelakaan,” ujar Direktur Lalu Lintas Kepolisian Daerah Jawa Barat Komisaris Besar Bimo Anggoroseno.

Dari data Operasi Ketupat tahun ini, polisi memetakan sedikitnya terdapat 15 lokasi rawan kecelakaan lalu lintas di jalur pantai utara, 12 lokasi rawan di jalur tengah dan 85 titik rawan kecelakaan di jalur selatan.

Di jalur utara, lokasi rawan kecelakaan lalu lintas antara lain meliputi pertigaan RMK (Karawang), Srengseng-patok beusi-pamanukan (Subang), Karang Anyar (Indramayu), Plumbon (Cirebon).

Jalur tengah antara lain Cijantung dan Bungur sari (Purwakarta), Cijambe-Cicenang (Subang), Jatiwangi - Kadipaten (Majalengka), Bandor Sawetan (Kuningan).

Jalur selatan lokasi rawan membentang mulai dari Kota Bogor, Cianjur, Bandung Barat, Cimahi, Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Garut hingga Banjar. Sepanjang jalur tersebut yang palin rawan kecelakaan adalah jalur Ciloto-Puncak, Cianjur-Ciranjang, Cicalengka-Nagreg dan Gentong-Tasikmalaya.

Khusus di daerah Indramayu, menurut Kapolres Indramayu AKBP Rudi Setiawan, ada tiga titik rawan kecelakaan di Jalur Pantura Jawa Barat, yakni di pertigaan Lohbener, petigaan Pasar Sukra dan Patrol. “Di tiga titik ini selalu memakan korban,” kata Rudi.

Sedangkan daerah rawan kemacetan di Jalur Pantura Jabar terdapat di 9 titik, yakni Pasar Sukra, Pasar Patrol, Pasar Parean, Pasar Eretan, Pasar Cilet, Pasar Bangkir, Pasar Karang Ampel, Pasar Jatibarang dan Pasar Kertasmaya. “Titik ini, di hari tertentu selalu dipenuhi pasar tumpah,” ungkap Rudi. Pedagang pasar tumpah kerap memanfaatkan momen mudik untuk berjualan di sepanjang jalan.

Sedangkan di Cirebon, Badan Koordinasi Pemerintahan dan Pembangunan Wilayah III Cirebon menyebut 4 titik yang dianggap rawan kecelakaan, yakni di ruas jalan Susukan, Beber, Pangenan dan Dukupuntang.

Menurut Kasat Lantas Polres Cirebon AKP Edwin Afandi, di jalur itu sering terjadi kecelakaan karena jalan cukup panjang dan menjadi titik lelah pemudik. Di samping itu, sarana penerangan jalan umum di keempat titik tersebut masih kurang terutama saat malam hari.

Diperkirakan puncak arus mudik akan terjadi pada H-4 dan H-3, yakni hari Jumat-Sabtu-Minggu. Jalur terpadat setiap kali mudik lebaran berlangsung adalah di Pantura. Jalan utama di Pulau Jawa itu bakal disesaki jutaan mobil dan motor, yang berangkat dari kota-kota besar seperti Jakarta, Semarang dan Surabaya.

Namun, para pemudik yang melintasi jalur Pantura perlu waspada. Sebab, di sepanjang jalur ramai itu ada titik-titik rawan kecelakaan dan rawan kemacetan. Tak hanya di Pantura, di jalur lain pun (tengah dan selatan) pemudik haus hati-hati. Berikut titik-titik rawan berdasarkan informasi dari beberapa Polres dan Polda