Universitas Haluoleo (UNHALU)
Universitas Haluoleo, disingkat Unhalu, adalah perguruan tinggi negeri di Kendari, Sulawesi Tenggara, Indonesia, yang berdiri pada 19 Agustus 1981. Universitas Haluoleo awalnya adalah universitas swasta dengan singkatan nama Unhol (Universitas Haluoleo), yang didirikan oleh Bapak Drs. Ld. Malim dan beliau adalah Rektor Unhol saat itu. Rektor Unhalu pertama setelah menjadi universitas negeri adalah Prof. H. Eddy Agussalim Mokodompit, MA yang namanya kemudian diabadikan pada auditorium kampus Universitas Haluoleo. Rektor Pada saat ini adalah Prof. Dr. Ir. Usman Rianse, M.S.
Saat ini Universitas Haluoleo telah memiliki 7 Fakultas dengan penambahan beberapa Program Diploma serta pembukaan Program Pascasarjana. Berdasarkan hasil “Evaluasi Diri” Program Studi oleh Dirjen Dikti Depdiknas yang disampaikan pada Rapat Kerja Nasional para Pembantu Rektor I, II dan III seluruh Indonesia yang dilaksanakan pada tanggal 29 Nopember sd. 1 Desember 2004 di Surabaya, Universitas Haluoleo menduduki ranking ke 15 dari 82 Perguruan Tinggi Negeri di seluruh Indonesia.
Universitas Haluoleo pada tahun 2007/2008 diharapkan telah menjadi Universitas yang maju dan modern, setelah adanya persetujuan Bantuan Soft-Loan Pemerintah Indonesia dengan Islamic Development Bank, Jeddah yang realisasinya akan dimulai tahun 2005.
Bantuan tersebut akan digunakan untuk membangun 8 (delapan) gedung baru bertaraf internasional dan merehabilitasi 11 (sebelas) gedung yang ada di Kampus Bumi Tridharma. Bantuan juga akan didukung oleh DANIDA (Denmark) untuk peralatan laboratorium dan politeknik.
Sejarah Singkat
Universitas Haluoleo (Unhol) didirikan pada tahun 1964 sebagai perguruan tinggi swasta filial dari Universitas Hasanuddin Makassar. Setelah tujuh belas tahun berselang, Universitas Haluoleo diresmikan sebagai perguruan tinggi negeri pertama di Sulawesi Tenggara oleh Dirjen Pendidikan Tinggi; Prof. Dr. Doddy Tisnaamidjaja mewakili Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang masa itu dijabat oleh Prof. Dr. Nugroho Notosusanto pada tangggal 19 Agustus 1981 sebagai perguruan tinggi negeri ke 42 di Indonesia berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 37 tahun 1981 yang terdiri dari:
- Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
- Fakultas Ekonomi
- Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
- Fakultas Pertanian.
Ketika diresmikan, Universitas Haluoleo menempati kampus Kemaraya yang arealnya hanya seluas 7 Ha. Kondisi kampus yang relatif sempit ini mengharuskan para pendiri untuk mencari kampus alternatif sekaligus sebagai perluasan daya tampung`dan mengantisipasi pertambahan fakultas. Seiring dengan itu, kepercayaan masyarakat pun semakin besar terhadap Universitas Haluoleo, kendati hanya didukung oleh 17 orang tenaga dosen tetap.
Setelah dua tahun diresmikan, dimulailah pembangunan kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonohu yang menempati areal 250 Ha, yang ketika itu berada di pinggiran Kota Kendari, berjarak 14 kilometer dari pelabuhan laut Teluk Kendari. Setelah perluasan Kota Kendari, kampus Anduonohu saat ini berada di jantung kota. Bersamaan dengan itu, Senat Universitas Haluoleo menyhetujui singkatan Universitas Haluoleo berubah menjadi UNHALU.
Pembangunan kampus yang relatif luas ini membutuhkan waktu sekitar sepuluh tahun untuk merampungkan gedung perkulihan dan gedung perkantoran serta fasiltas penunjang lainnya. Menandai rampungnya pembangunan kampus Anduonoho ini, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Bapak Prof. Dr. Ing. Wardiman Djojonegoro pada tanggal 4 April 1994 melakukan penandatanganan prasasti peresmian.
Menjelang penyelesaian pembangunan Kampus Anduonohu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menutup pengoperasian Sekolah Pendidikan Guru (SPG) dan Sekolah Guru Olahraga (SGO), sehingga semua fasilitas berikut tenaga pengajar dan karyawannya dialihkan ke Universitas Haluoleo. Sejak saat itu Universitas Haluoleo memiliki dua kampus perkuliahan utama, yakni; Kampus Kemaraya dan Kampus Anduonohu, ditambah dua kampus pendukung perkuliahan bekas SPG dengan luas areal 4 ha dan 3 ha bekas SGO.
Sebagai Perguruan Tinggi terkemuka di jazirah tenggara Pulau Sulawesi, Universitas Haluoleo secara aktif memberi sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan 1528 desa, 67 kecamatan, 4 kabupaten, 2 Kotamadya dan 1 Kota Administratif yang ada di wilayah ini. Termasuk pertumbuhan penduduk Sulawesi Tenggara yang mencapai 2,72% per tahun, jauh di atas pertumbuhan rata-rata penduduk nasional yakni; 1,92. Saat ini penduduk Sulawesi Tenggara berjumlah 1,72 juta jiwa yang sebagian besar bermukim di pedesaan.
Kata “Haluoleo” diambil dari nama salah seorang raja pada Kerajaan Konawe yang hidup sekitar abad tujuh belas. Haluoleo selain dikenal sebagai pemimpin yang bijak, diyakini pula sebagai ksatria yang tak kenal menyerah dan gigih membela tumpah darahnya. Secara harfiah Haluoleo berarti delapan hari dalam bahasa Tolaki – bahasa penduduk asli Kerajaan Konawe yang mendiami Kendari.
Kerjasama
Kerjasama yang dilakukan Universitas Haluoleo bersifat kerjasama kemitraan yang saling menguntungkan. Selama beberapa tahun terakhir, Universitas Haluoleo telah melakukan kerjasama dengan berbagai pihak, baik instansi pemerintah, BUMN, swasta nasional, maupun instansi teknis yang ada di daerah. Kesemua ini dilakukan dalam rangka mempercepat pembangunan akademik di Universitas Haluoleo. Kerjasama yang dilakukan selama ini dapat digolongkan atas kerjasama penelitian, pengembangan akademik, pembangunan fasilitas pendidikan dan kerjasama yang bersifat advokasi.
Untuk pengembangan S2, Universitas Haluoleo telah melakukan kerjasama dengan berbagai perguruan tinggi maju ditanah air, seperti : ITB, IPB, UGM, Unpad, Unibraw, ITS, Udayana, Unhas dan UNM sedang untuk perguruan tinggi yang diluar negeri seperti University Sains Malaysia, New Castle University Australia, selain itu Universitas Haluoleo dalam rangka melengkapi fasilitas pendidikannya telah menjalin kerjasama dengan donatur asing dan dalam negeri seperti PT. Antam Tbk, Asian Development Bank (ADB), CIDA Canada, Australia, JBIC Japan, World Bank melalui program Due-like, UNDP melalui program PARUL, TPSDP, Islamic Development Bank (IDB) serta hibah dari pemerintah Belanda kesemua proyek ini diperoleh melalui kompetisi yang sangat ketet dengan perguruan tinggi lain ditanah air. Diharapkan banyaknya kerjasama yang dilakukan dapat menambah akselerasi pengembangan Universitas Haluoleo.
Saat ini Universitas Haluoleo telah memiliki 7 Fakultas dengan penambahan beberapa Program Diploma serta pembukaan Program Pascasarjana. Berdasarkan hasil “Evaluasi Diri” Program Studi oleh Dirjen Dikti Depdiknas yang disampaikan pada Rapat Kerja Nasional para Pembantu Rektor I, II dan III seluruh Indonesia yang dilaksanakan pada tanggal 29 Nopember sd. 1 Desember 2004 di Surabaya, Universitas Haluoleo menduduki ranking ke 15 dari 82 Perguruan Tinggi Negeri di seluruh Indonesia.
Universitas Haluoleo pada tahun 2007/2008 diharapkan telah menjadi Universitas yang maju dan modern, setelah adanya persetujuan Bantuan Soft-Loan Pemerintah Indonesia dengan Islamic Development Bank, Jeddah yang realisasinya akan dimulai tahun 2005.
Bantuan tersebut akan digunakan untuk membangun 8 (delapan) gedung baru bertaraf internasional dan merehabilitasi 11 (sebelas) gedung yang ada di Kampus Bumi Tridharma. Bantuan juga akan didukung oleh DANIDA (Denmark) untuk peralatan laboratorium dan politeknik.
Sejarah Singkat
Universitas Haluoleo (Unhol) didirikan pada tahun 1964 sebagai perguruan tinggi swasta filial dari Universitas Hasanuddin Makassar. Setelah tujuh belas tahun berselang, Universitas Haluoleo diresmikan sebagai perguruan tinggi negeri pertama di Sulawesi Tenggara oleh Dirjen Pendidikan Tinggi; Prof. Dr. Doddy Tisnaamidjaja mewakili Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang masa itu dijabat oleh Prof. Dr. Nugroho Notosusanto pada tangggal 19 Agustus 1981 sebagai perguruan tinggi negeri ke 42 di Indonesia berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 37 tahun 1981 yang terdiri dari:
- Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
- Fakultas Ekonomi
- Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
- Fakultas Pertanian.
Ketika diresmikan, Universitas Haluoleo menempati kampus Kemaraya yang arealnya hanya seluas 7 Ha. Kondisi kampus yang relatif sempit ini mengharuskan para pendiri untuk mencari kampus alternatif sekaligus sebagai perluasan daya tampung`dan mengantisipasi pertambahan fakultas. Seiring dengan itu, kepercayaan masyarakat pun semakin besar terhadap Universitas Haluoleo, kendati hanya didukung oleh 17 orang tenaga dosen tetap.
Setelah dua tahun diresmikan, dimulailah pembangunan kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonohu yang menempati areal 250 Ha, yang ketika itu berada di pinggiran Kota Kendari, berjarak 14 kilometer dari pelabuhan laut Teluk Kendari. Setelah perluasan Kota Kendari, kampus Anduonohu saat ini berada di jantung kota. Bersamaan dengan itu, Senat Universitas Haluoleo menyhetujui singkatan Universitas Haluoleo berubah menjadi UNHALU.
Pembangunan kampus yang relatif luas ini membutuhkan waktu sekitar sepuluh tahun untuk merampungkan gedung perkulihan dan gedung perkantoran serta fasiltas penunjang lainnya. Menandai rampungnya pembangunan kampus Anduonoho ini, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Bapak Prof. Dr. Ing. Wardiman Djojonegoro pada tanggal 4 April 1994 melakukan penandatanganan prasasti peresmian.
Menjelang penyelesaian pembangunan Kampus Anduonohu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menutup pengoperasian Sekolah Pendidikan Guru (SPG) dan Sekolah Guru Olahraga (SGO), sehingga semua fasilitas berikut tenaga pengajar dan karyawannya dialihkan ke Universitas Haluoleo. Sejak saat itu Universitas Haluoleo memiliki dua kampus perkuliahan utama, yakni; Kampus Kemaraya dan Kampus Anduonohu, ditambah dua kampus pendukung perkuliahan bekas SPG dengan luas areal 4 ha dan 3 ha bekas SGO.
Sebagai Perguruan Tinggi terkemuka di jazirah tenggara Pulau Sulawesi, Universitas Haluoleo secara aktif memberi sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan 1528 desa, 67 kecamatan, 4 kabupaten, 2 Kotamadya dan 1 Kota Administratif yang ada di wilayah ini. Termasuk pertumbuhan penduduk Sulawesi Tenggara yang mencapai 2,72% per tahun, jauh di atas pertumbuhan rata-rata penduduk nasional yakni; 1,92. Saat ini penduduk Sulawesi Tenggara berjumlah 1,72 juta jiwa yang sebagian besar bermukim di pedesaan.
Kata “Haluoleo” diambil dari nama salah seorang raja pada Kerajaan Konawe yang hidup sekitar abad tujuh belas. Haluoleo selain dikenal sebagai pemimpin yang bijak, diyakini pula sebagai ksatria yang tak kenal menyerah dan gigih membela tumpah darahnya. Secara harfiah Haluoleo berarti delapan hari dalam bahasa Tolaki – bahasa penduduk asli Kerajaan Konawe yang mendiami Kendari.
Kerjasama
Kerjasama yang dilakukan Universitas Haluoleo bersifat kerjasama kemitraan yang saling menguntungkan. Selama beberapa tahun terakhir, Universitas Haluoleo telah melakukan kerjasama dengan berbagai pihak, baik instansi pemerintah, BUMN, swasta nasional, maupun instansi teknis yang ada di daerah. Kesemua ini dilakukan dalam rangka mempercepat pembangunan akademik di Universitas Haluoleo. Kerjasama yang dilakukan selama ini dapat digolongkan atas kerjasama penelitian, pengembangan akademik, pembangunan fasilitas pendidikan dan kerjasama yang bersifat advokasi.
Untuk pengembangan S2, Universitas Haluoleo telah melakukan kerjasama dengan berbagai perguruan tinggi maju ditanah air, seperti : ITB, IPB, UGM, Unpad, Unibraw, ITS, Udayana, Unhas dan UNM sedang untuk perguruan tinggi yang diluar negeri seperti University Sains Malaysia, New Castle University Australia, selain itu Universitas Haluoleo dalam rangka melengkapi fasilitas pendidikannya telah menjalin kerjasama dengan donatur asing dan dalam negeri seperti PT. Antam Tbk, Asian Development Bank (ADB), CIDA Canada, Australia, JBIC Japan, World Bank melalui program Due-like, UNDP melalui program PARUL, TPSDP, Islamic Development Bank (IDB) serta hibah dari pemerintah Belanda kesemua proyek ini diperoleh melalui kompetisi yang sangat ketet dengan perguruan tinggi lain ditanah air. Diharapkan banyaknya kerjasama yang dilakukan dapat menambah akselerasi pengembangan Universitas Haluoleo.
0 komentar:
Posting Komentar